Pelajar di Indonesia yang mencapai 60 juta, ternyata baru sekitar 20% atau 12 juta pelajar yang bisa mengakses internet.
Staf Ahli Menteri Pendidikan Nasional Bidang Kerja Sama Hubungan Internasional Herwindo mengatakan kendati baru 20% pelajar yang bisa mengakses internet, tetapi justru perlu diawasi, karena pengawasan penggunaan internet di sekolah-sekolah masih sangat terbatas.
"Sekitar 20% pelajar yang baru bisa akses internet. Dampak dari yang sedikit ini yang harus konsern, karena pengawasan internet di sekolah kurang begitu baik, masih sangat terbatas jumlah pengawas," ujarnya saat Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kementerian Komunikasi dan Informatika, hari ini.
Dia menjelaskan pengawasan internet di sekolah masih kurang karena jika ada 60-70 komputer, tetapi kemungkinan guru hanya bisa mengawasi 1 kelas.
Menurut dia, jika pengawasan kurang, maka pelajar dapat mengakses berbagai macam konten dalam internet.
Dia menjelaskan pembatasan dari pemerintah akan mujarab supaya pelajar tidak menggunakan internet untuk keperluan negatif seperti pornografi, memberikan pengetahuan, mentalitas dan etika dalam menggunakan teknologi tersebut.
"Apapun teknologi yang diintrodusir, kepentingan bisnis jauh lebih besar dari konten."
Dalam pengembangan internet ini, kata dia, infrastruktur perlu diperbaiki, tetapi perbaikan konten lebih penting.Menurut dia, konten pendidikan masih terbatas, karena masih banyak mengambil konten dari luar negeri.
Dia berpendapat perlu untuk memperbaiki konten soal pendidikan, supaya bangsa Indonesia bisa mengisi sesuai dengan budaya karakter nasional, sehingga daapt terbentuk geerasi anak didik dan sesuai dengan moral etika nasional.
"Kami sangat mendukung Kominfo untuk gerakan nasional internet sehat dan aman, kami akan ikut serta dalam kegiatan untuk kepentingan dengan landasan moral yang baik."
0 komentar:
Posting Komentar